BAB I
PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN
terjadinya
perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang menempatkan manusia sebagai
sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan mendasar dalam meletakkan
kerangka bagi pembangunan pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan
pandangan mi berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan
perubahan konsep dalarn memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan
pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang diharapkan
terjadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa
secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan dimensi-dimensi individu secara
parsial tidak akan mampu mendukung optimalisasi pengembangan potensi siswa
sebagaimana diharapkan. Secara substansi, arah pendidikan dan pembelajaran
harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi mata pelajaran kompetensi
lintas kurikulum yang terarah pada kemampuan memecahkan masalah, komunikasi,
hubungan sosial dan interpersonal, kemandirian, etika dan estetika yang harus
diperoleh secara holistik dan integratif melalui proses pembelajaran. Karena
itu pembelajaran harus bertumpu pada empat pilar utama learning to know,
learning to do, learnig to live together, learning to live with others, dan
learning to be.
Untuk mendukung terwujudnya proses
pembelajaran yang dapat mendorong pengembangan potensi siswa secara
komprehensip, maka gum hams memiliki wawasan dan kerangka pikir yang holistik
tentang pembelajaran. Pembelajaran hams merupakan bagian dan proses
pemberdayaan din siswa secara utuh. Karena itu pembelajaran harus mampu
mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal dan setiap siswa. Sebagai
salah satu paradigma altematif, konstruktivisme memberikan arah yang jelas
bahwa kegiatan belajarmerupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan
pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan sekedar merupakan kegiatan mekanistik
untuk mengumpulkan informasi atau fakta saja. Pandangan ini penting untuk
dipahami agar guru dapat menggunakan semua sumber belajar untuk mendorong peran
aktif siswa dalam membangun pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dirinya.
BAB 2
HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR
Terminologi tentang belajar dapat kita
jumpai di dalam berbagai sumber atau literatur. Kita dapat menjumpai rumusan
pengertian belajar dalam perspektif yang sama atau kadang-kadang berbeda dan
berbagai ahli pendidikan/pembelajaran. Meskipun ada perbedaan-perbedaan
pandangan, namun pninsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar
menunjukkan pada suatu aktivitas’menuju suatu perubahan tingkah laku pada din
individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang.
efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam din siswa. OIeh sebab
itu melalui proses pembelajanan, guru hams berupaya secara optimal menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud
nyata terjadinya proses belajar.
Ada beberapa aliran atau teori belajar
yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya pandangan dan konsep tentang
belajar, diantaranya; Behavionsme, Kognitivisme, Teori belajar Psikologi
Sosial, dan Teori belajar Gagne. Keempat aliran atau teori mi memberikan
penekanan aktivitas dan hasil belajar pada dimensidimensi tingkah laku
tertentu, sehingga memberi nuansa pemahaman yang semakin luas tentang belajar.
Meskipun terdapat penekanan yang berbeda tersebut, namun kesamaannya terutama
adalah bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang melibatkan
seluruh mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk memahami secara spesifik tentang
perubahan tingkah laku sebagai akibat terjadinya proses belajar mi, beberapa
ahlimemilah perilaku individu dalam tiga kawasan atau ranah, yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sesungguhnya bukan
merupakan bagian yang terpisah, akan tetapi memiliki keterkaitan satu dengan
yang lain. Masing-masing ranah tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam
bagian-bagian yang lebih spesifik yang disebut hirarki perilaku belajar atau
hirarki tujuan belajar.
BAB 3
PERKEMBANGAN MORAL DAN IMPLEMETASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran yang berdaya dan
berhasil guna bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi
terkait dengan berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu faktor tersebut
bersumber dan kemampuan guru memahami peserta didik dalam berbagai dimensinya.
Salah satu dimensi penting adalah berkaitan dengan peserta didik tahap-tahap
perkembangan moral anak. Hal mi disebabkan karena setiap anak pada usia yang
berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara kualitatif,
utamanyadalam cara berfikir atau memecahkan permasalahan. Dalam hal ini ada
serangkaian langkah yang konsisten dalam kerangka berpikimyayang menandakan
bahwa tiap-tiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan
usianya.
Uraian-uraian di atas di satu sisi
secara umum mengisyaratkan adanya urutan-urutan perkembangan yang sama pada
anak, akan tetapi juga memberikan gambaran tentang karakteristik individual
yang berbeda sehingga tiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani rnewujudkan
dirinya secara utuh dalam keunikannya. Dalam keadaan itu, maka guru harus dapat
memahami keunikan-keunikan peserta didik agar dapat mendorong terjadinya
perkembangan peserta didik secara optimal, khususnya melalui proses
pembelajaran. Secara lebih spesifik dengan memahami perkembangan moral anak,
maka guru dapat memilih pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang
sesuai, teknik-teknik pemotivasian yang tepat serta pendekatan dan teknik
evaluasi sesuai.
BAB 4
KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI HASIL BELAJAR
Hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh anak adalah terjadinya perubahari penlaku secara holistik. Pandangan yang
menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja
merupakan wujud dan pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran
harus dapat menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh,
termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup lama luput dan perhatian. Hal
mi dipandang semakin penting karena dan berbagai hasil pènelitian juga menunjukkan
bahwa keberhasilan belajar ternyata lebih banyak ditentukan oleh faktorfaktor
emosi, antara lain daya tahan, keuletan, ketelitian, disiplin, rasa tanggung
jawab, kemampuan menjalin kerjasama, motivasi yang tinggi serta beberapa
dimensi emosional lainnya. Bahkan sukses yang dicapai dalam kehidupan yang
lebih luas, terbukti juga lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional
seseorang.
Sebagian besar ahli yang mengkaji
aspek-aspek emosi nnyimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan hasil dan
proses belajar, walaupun beberapa diantaranya ada yang berpendapat bahwa hal
itu dipengaruhi oleh faktor bawaan. Oleh sebab itu maka melalui kegiatan
pembelajaran, guru harus menyediakan atau menciptakan ruang yang luas dan iklim
yang kondusif untuk kembangnya kecerdasan emosional anak. Kemampuan guru melatih
setiap dimensi-dimensi emosi harus dipandang sebagai bagian esensial
pembelajaran. Dengan demikian berarti pula perubahan-perubahan yang terjadi
pada anak melalui kegiatan pembelajaran harus menyentuh dimensi-dimensi
emosional ini, bukan hanya dilihat dan perubahan kognitif belaka.
Penerapan kecerdasan emosional dapat
dilakun secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik
pembelaj aran. Untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional perlu diawali
dengan pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang
cara-cara penerapannya. Karena itu penting bagi guru untuk mengkaji aspek-aspek
yang berkaitan dengan emosi, bagaimana melatih dimensi-dimensi emosi melalui
proses pembelajaran sehingga diharapkan semuanya dapat bermuara pada
peningkatan potensi-potensi anak secara optimal.
BAB 5
PRINSIP PRINSIP BELAJAR
Agar
aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya
peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus
dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari
kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa
hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar
belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia
harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan
belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo
(kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam
kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab
untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan
belajar dan mengingat lebih baik.
v Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua
aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan
perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil
belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif
(perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri
seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai
bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan.
Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan
semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu
akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan
motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama
teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
BAB 6
MODEL MODEL PEMBELAJARAN
Berkembangnya berbagai jenis model
pembelajaran prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat
dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa
dimensi psikologis lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model
pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran
atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model
pembelajaran tertentu. Pemilihan dan penentuan salah satu atau beberapa model pembelajaran
yang tepat pada dasamya bertujuan menciptakari kondisi pembelajaran yang
memungkinkan terjadi peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang
terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Ketepatan model pembelajaran juga
dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang
menyenangkan sehingga siswa mampu aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan
belajar yang sedang berlangsung.
Pengembangan model pembelajaran tidak
terlepas dari pemahaman guru terhadap karaktenistik siswa sebagaimana pula di dalam
pengimplementasian prinsip-prinsip belajar yang telah kita bahas sebelumnya.
Demikian pula tidak dapat dilepaskan dan karakteristik materi pelajaran, tujuan
belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas maupun sarana/fasilitas belajar yang
tersedia.
Kita dapat menjumpai beberapa pandangan
atau pendapat tentang jenis-jenis model pembelajaran. Di antara pandangan yang
banyak mendapat perhatian adalah model-model pembelajaran yang dikembangkan
oleh Joyce, Weil, dan Calhoun yang mengkategorikan sejumlah model dalam empat
kelompok besar yaitu; kelompok model- model sosial, kelompok model-model
pengolahan informasi, kelompok model-model personal, dan kelompok model-model
sistem perilaku. Anda juga dapat mengkaji kembali model-model yang lain,
termasuk yang tidak diuraikan dalam bagian ini.
Meskipun terdapat sejumlah model
pembelajaran yang berbeda, namun pemisahan antara satu model dengan model yang
lain tidak bersifat deskrit Masing-masing model tersebut memiliki ciri spesifik
yang memiliki kelebihan-kelebihan tersendin dan model yang lain. Karena itu
diperlukan ketajaman analisis guru dalam melihat kelebihan dan kelemahan
model-model tertentu untuk selanjutnya dapat dikombinasikan dengan model yang
lain, karena kita pahami bahwa tidak satupun model tunggal yang dapat
merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda.
Keunggulan model pembelajaran dapat dihasilkan justru bilamana guru mampu
mengadaptasikan atau memadukan beberapa model sehingga menjadi lebih serasi
dalam mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik.
BAB 7
MASALAH MASALAH BELAJAR
Secara sederhana masalah belajar dapat
diartikari sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan
belajar. Dan berbagai pendapat dan hasil penelitian kita mendapat kejelasan
bahwa masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat bersumber atau
dalam dinamikanya dapat dikaji dan dimensi guru maupun dan dimensi siswa.
Demikian pula dilihat dan tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu
sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dan dimensi siswa, masalah-masalah
belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan belajar, selama berlangsungnya
proses belajar dan sesudah proses belajar. Sebelum proses belajar, masalah
belajar dapat berhubungan minãt, kecakapan maupun pengalamanpengalaman siswa.
Selama proses be.lajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap
terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, kemampuan pengolahan pesan
pembelajaran, kemampuan menyimpan pesan, kemampuan menggali kembali pesan yang
telah tersimpan, serta unjuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar
dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau keterampilan yang sudah
diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Dan dimensi guru, masalah belajar juga
dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan pada akhir
proses evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali
berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah
belajar seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. sedangkan
sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi gum kebanyakan
berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.
Secara
spesifik masalah yang bersumber dan faktor internal berkaitan dengan;
1.
karakteristik
siswa
2. sikap
terhadap belajar
3. motivasi
belajar
4. konsentrasi
belajar
5. kemampuan
mengolah bahan belajar
6. kemampuan
menggali hasil belajar
7. rasa
percaya din
8.
kebiasaan
belajar
Sedangkan
dari faktor eksternal, masalah belajar dipengaruhi oleh;
1.
faktor guru
2. lingkungan
sosial, terutama termasuk teman sebaya
3. kurikulum
sekolah
4.
sarana dan
prasarana.
Untuk mengatasi masalah belajar, guru
perlu mengadakan pendekatan pnbadi di samping pendekatan instruksional dalam
berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal dan memahami siswa
serta masalah belajar.
Karena keberhasilan belajar merupakan
muara dan seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, maka setiap guru harus berupaya secara optimal memahami berbagai
faktor yang dapat meriyebabkan terjadinya hambatan-hambatan di dalam proses
belajar dan pembelajaran. Demikian pula berupaya secara terus menerus mengkaji
dan mencoba berbagai bentuk pendekatan dan teknik-teknik inovatif guna
mengatasi keadaan yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar tersebut.
Dalam memahami masalah belajar guru
hendaknya memiliki pandangan bahwa munculnya masalah belajar bukan karena
kelemahan guru semata-mata, akan tetapi menjadi salah satu pertanda bahwa
kegiatan belajar merupakan aktivitas yang dinamis, sehingga masalah-masalah
tersebut dapat muncul dan berbagai dimensi, baik dilihat dan sumber, waktu
maupun peristiwa. Karena itu pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan
guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul ketika proses
belajar berlangsung yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan belajar.
BAB
8
EVALUASI
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Evaluasi merupakan salah satu komponen
penting di dalam seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan
evaluasi secara benar, guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukannya, pada flap kali pertemuan, setiap catur wulan,
setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan
tertentu. Melalui evaluasi mi pula guru dapat mengetahui efektivitas penggunaan
metode pembelajaran, kemampuan mengelola proses pembelajaran, kemampuan
memotivasi siswa serta kemampuan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang
tersedia.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan
yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki
kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang
diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang
benar dan tingkat kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat,
prosedur, jenis-jenis serta prinsipprinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar
untuk membangunkemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya
evaluasi yang tepat adalah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
tertentu dan tidak terlepas dan kekhususan atau karakteristik serta tujuan
pembelajaran. Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya
menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga
berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance
belajar siswa.
Evaluasi yang tepat dapat menjadi wahana
untuk mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, menentukan tujuan pembelaj
aran mana yang belurn dioptimalisasi pencapaiannya, merurnuskan rangking siswa,
memberikan informasi kepada guru tentang ketepatan strategi pembelajaran yang
digunakan dan untuk merencanakan prosedur perbaikan rencana pelajaran. Masih
banyak manfaat-manfaat lainnya jika evaluasi pembelajaran dapat dilakukan
secara tepat. Untuk mencapai ketepatan evaluasi tersebut, maka perlu
diperhatikan syarat-syarat evaluasi, terutama berkaitan dengan validitas dan
reliabilitas. Di samping dua syarat mendasar tersebut juga perlu diperhatikan
syarat kepraktisan evaluasi tanpa mengabaikan kedua syarat utama sebelumnya.
BAB 9
MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING)
E-learning merupakan salah satu wujud
nyata perubahan besar kalau tidak dikatakan revolusi di dalam kemajuan
teknologi pendidikan. Dalam waktu yang panjang kita mengenal proses
pembelajaran hanya melalui tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber
belajar dan siswa berada pada tempat yang sama dan dalam waktu yang sama dengan
pembatasan waktu dan tempat secara ketat. Ketika pericembangan selanjutnya guru
dan siswa dapat belajar dengan bantuan media cetak, menyebabkan proses belajar
dapat berlangsung meskipun siswa dan guru tidak berada pada tempat dan waktu
secara bersamaan karena adanya bantuan modul-modul belajar. Kelemahannya tidak
dapat terjadi interaksi apalagi dalam waktubersamaan. Kelemahan-kelemahan
tersebut menjadi teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas
elektronik secara online. Dalam waktu yang sama atau berbeda seseorang dapat
mengakses bahan-bahan belajar, tugas-tugas kapan saja yang ia inginkan. Melalui
fasilitas tertentu secara online tersebut sumber belajar dan pembelajaran dapat
saling berdialog, bertukar pikiran, memberikan pertanyaan, menyelesaikan tugas
yang diberikan. Inovasi mi tidak sekedar memberi kemudahan mengakses informasi,
akan tetapi telah merubah pola berpikir, kebiasaan atau sikap seseorang
sehingga telah merubah paradigma. Paradigma pendidikan menjadi bergeser dan
perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai
mengikuti pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang
selalu diperbaharui dalam waktu relatif singkat.
Melalui media komunikasi elektronik mi,
di samping banyak nilai tambah, keunggulan atau kelebiha, mengharuskan pula
kita untuk mengkaji berbagai faktor yang tidak dapat hadir bersamaan dengan
komunikasi online tersebut, terutama berkenaan aspek-aspek pedagogis. Namun
demikian beberapa pendapat mengungkapkan bahwa pembelajaran melalul komunikasi
online tidak berarti meniadakan unsur-unsur pedagogis, karena di dalamnya juga
dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan pada
pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitasaktivitas kolaboratif, diskusi-diskusi
langsung, pengembangan model- model permainan dan beberapa bentuk penekanan
pembelajaran lainnya melalui online.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
resume ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis
meyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah
membimbing dalam menyelesaikan resume ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa resume ini masih banyak kekurangan, untuk itu
diharapkan saran dan keritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk
kesampurnaan resume berikutnya.
Cirebon, Maret 2017
Penulis
IDENTITAS BUKU
Judul buku : Belajar Dan Pembelajaran
penulis :
prof. Dr. Aunurrohman, M.Pd
Penerbit : ALFABETA BANDUNG
Tahun terbit : Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar