Tampilkan postingan dengan label M.Pd). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label M.Pd). Tampilkan semua postingan

Mei 01, 2017

RESUME BUKU BELAJAR & PEMBELAJARAN (prof. Dr. Aunurrohman, M.Pd)

BAB I
PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN

terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan mi berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan perubahan konsep dalarn memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Proses pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan mampu mendukung optimalisasi pengembangan potensi siswa sebagaimana diharapkan. Secara substansi, arah pendidikan dan pembelajaran harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi mata pelajaran kompetensi lintas kurikulum yang terarah pada kemampuan memecahkan masalah, komunikasi, hubungan sosial dan interpersonal, kemandirian, etika dan estetika yang harus diperoleh secara holistik dan integratif melalui proses pembelajaran. Karena itu pembelajaran harus bertumpu pada empat pilar utama learning to know, learning to do, learnig to live together, learning to live with others, dan learning to be.
Untuk mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang dapat mendorong pengembangan potensi siswa secara komprehensip, maka gum hams memiliki wawasan dan kerangka pikir yang holistik tentang pembelajaran. Pembelajaran hams merupakan bagian dan proses pemberdayaan din siswa secara utuh. Karena itu pembelajaran harus mampu mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal dan setiap siswa. Sebagai salah satu paradigma altematif, konstruktivisme memberikan arah yang jelas bahwa kegiatan belajarmerupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan sekedar merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta saja. Pandangan ini penting untuk dipahami agar guru dapat menggunakan semua sumber belajar untuk mendorong peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan dan mengembangkan kemampuan dirinya.
BAB 2
HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR

Terminologi tentang belajar dapat kita jumpai di dalam berbagai sumber atau literatur. Kita dapat menjumpai rumusan pengertian belajar dalam perspektif yang sama atau kadang-kadang berbeda dan berbagai ahli pendidikan/pembelajaran. Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan, namun pninsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar menunjukkan pada suatu aktivitas’menuju suatu perubahan tingkah laku pada din individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang. efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam din siswa. OIeh sebab itu melalui proses pembelajanan, guru hams berupaya secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.
Ada beberapa aliran atau teori belajar yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya pandangan dan konsep tentang belajar, diantaranya; Behavionsme, Kognitivisme, Teori belajar Psikologi Sosial, dan Teori belajar Gagne. Keempat aliran atau teori mi memberikan penekanan aktivitas dan hasil belajar pada dimensidimensi tingkah laku tertentu, sehingga memberi nuansa pemahaman yang semakin luas tentang belajar. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda tersebut, namun kesamaannya terutama adalah bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang melibatkan seluruh mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk memahami secara spesifik tentang perubahan tingkah laku sebagai akibat terjadinya proses belajar mi, beberapa ahlimemilah perilaku individu dalam tiga kawasan atau ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut sesungguhnya bukan merupakan bagian yang terpisah, akan tetapi memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Masing-masing ranah tersebut selanjutnya dijabarkan kedalam bagian-bagian yang lebih spesifik yang disebut hirarki perilaku belajar atau hirarki tujuan belajar.



BAB 3
PERKEMBANGAN MORAL DAN IMPLEMETASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi terkait dengan berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu faktor tersebut bersumber dan kemampuan guru memahami peserta didik dalam berbagai dimensinya. Salah satu dimensi penting adalah berkaitan dengan peserta didik tahap-tahap perkembangan moral anak. Hal mi disebabkan karena setiap anak pada usia yang berbeda akan menempatkan cara-cara yang berbeda secara kualitatif, utamanyadalam cara berfikir atau memecahkan permasalahan. Dalam hal ini ada serangkaian langkah yang konsisten dalam kerangka berpikimyayang menandakan bahwa tiap-tiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.
Uraian-uraian di atas di satu sisi secara umum mengisyaratkan adanya urutan-urutan perkembangan yang sama pada anak, akan tetapi juga memberikan gambaran tentang karakteristik individual yang berbeda sehingga tiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani rnewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Dalam keadaan itu, maka guru harus dapat memahami keunikan-keunikan peserta didik agar dapat mendorong terjadinya perkembangan peserta didik secara optimal, khususnya melalui proses pembelajaran. Secara lebih spesifik dengan memahami perkembangan moral anak, maka guru dapat memilih pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai, teknik-teknik pemotivasian yang tepat serta pendekatan dan teknik evaluasi sesuai.



BAB 4
KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI HASIL BELAJAR

Hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh anak adalah terjadinya perubahari penlaku secara holistik. Pandangan yang menitikberatkan hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dan pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup lama luput dan perhatian. Hal mi dipandang semakin penting karena dan berbagai hasil pènelitian juga menunjukkan bahwa keberhasilan belajar ternyata lebih banyak ditentukan oleh faktorfaktor emosi, antara lain daya tahan, keuletan, ketelitian, disiplin, rasa tanggung jawab, kemampuan menjalin kerjasama, motivasi yang tinggi serta beberapa dimensi emosional lainnya. Bahkan sukses yang dicapai dalam kehidupan yang lebih luas, terbukti juga lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional seseorang.
Sebagian besar ahli yang mengkaji aspek-aspek emosi nnyimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan hasil dan proses belajar, walaupun beberapa diantaranya ada yang berpendapat bahwa hal itu dipengaruhi oleh faktor bawaan. Oleh sebab itu maka melalui kegiatan pembelajaran, guru harus menyediakan atau menciptakan ruang yang luas dan iklim yang kondusif untuk kembangnya kecerdasan emosional anak. Kemampuan guru melatih setiap dimensi-dimensi emosi harus dipandang sebagai bagian esensial pembelajaran. Dengan demikian berarti pula perubahan-perubahan yang terjadi pada anak melalui kegiatan pembelajaran harus menyentuh dimensi-dimensi emosional ini, bukan hanya dilihat dan perubahan kognitif belaka.
Penerapan kecerdasan emosional dapat dilakun secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik pembelaj aran. Untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional perlu diawali dengan pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-cara penerapannya. Karena itu penting bagi guru untuk mengkaji aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi, bagaimana melatih dimensi-dimensi emosi melalui proses pembelajaran sehingga diharapkan semuanya dapat bermuara pada peningkatan potensi-potensi anak secara optimal.


BAB 5
PRINSIP PRINSIP BELAJAR


Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.      Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2.      Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3.      Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4.      Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5.      Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

v  Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).



BAB 6
MODEL MODEL PEMBELAJARAN

Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembelajaran tertentu. Pemilihan dan penentuan salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat pada dasamya bertujuan menciptakari kondisi pembelajaran yang memungkinkan terjadi peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal-hal baru yang terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Ketepatan model pembelajaran juga dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung.
Pengembangan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karaktenistik siswa sebagaimana pula di dalam pengimplementasian prinsip-prinsip belajar yang telah kita bahas sebelumnya. Demikian pula tidak dapat dilepaskan dan karakteristik materi pelajaran, tujuan belajar yang ingin dicapai, kondisi kelas maupun sarana/fasilitas belajar yang tersedia.
Kita dapat menjumpai beberapa pandangan atau pendapat tentang jenis-jenis model pembelajaran. Di antara pandangan yang banyak mendapat perhatian adalah model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun yang mengkategorikan sejumlah model dalam empat kelompok besar yaitu; kelompok model- model sosial, kelompok model-model pengolahan informasi, kelompok model-model personal, dan kelompok model-model sistem perilaku. Anda juga dapat mengkaji kembali model-model yang lain, termasuk yang tidak diuraikan dalam bagian ini.
Meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda, namun pemisahan antara satu model dengan model yang lain tidak bersifat deskrit Masing-masing model tersebut memiliki ciri spesifik yang memiliki kelebihan-kelebihan tersendin dan model yang lain. Karena itu diperlukan ketajaman analisis guru dalam melihat kelebihan dan kelemahan model-model tertentu untuk selanjutnya dapat dikombinasikan dengan model yang lain, karena kita pahami bahwa tidak satupun model tunggal yang dapat merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda. Keunggulan model pembelajaran dapat dihasilkan justru bilamana guru mampu mengadaptasikan atau memadukan beberapa model sehingga menjadi lebih serasi dalam mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik.
BAB 7
MASALAH MASALAH BELAJAR

Secara sederhana masalah belajar dapat diartikari sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar. Dan berbagai pendapat dan hasil penelitian kita mendapat kejelasan bahwa masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat bersumber atau dalam dinamikanya dapat dikaji dan dimensi guru maupun dan dimensi siswa. Demikian pula dilihat dan tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dan dimensi siswa, masalah-masalah belajar dapat muncul pada waktu sebelum kegiatan belajar, selama berlangsungnya proses belajar dan sesudah proses belajar. Sebelum proses belajar, masalah belajar dapat berhubungan minãt, kecakapan maupun pengalamanpengalaman siswa. Selama proses be.lajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, kemampuan pengolahan pesan pembelajaran, kemampuan menyimpan pesan, kemampuan menggali kembali pesan yang telah tersimpan, serta unjuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan prestasi atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumnya.
Dan dimensi guru, masalah belajar juga dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan pada akhir proses evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah belajar seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi gum kebanyakan berkaitan dengan evaluasi hasil belajar.
Secara spesifik masalah yang bersumber dan faktor internal berkaitan dengan;
1.      karakteristik siswa
2.      sikap terhadap belajar
3.      motivasi belajar
4.      konsentrasi belajar
5.      kemampuan mengolah bahan belajar
6.      kemampuan menggali hasil belajar
7.      rasa percaya din
8.      kebiasaan belajar
Sedangkan dari faktor eksternal, masalah belajar dipengaruhi oleh;
1.      faktor guru
2.      lingkungan sosial, terutama termasuk teman sebaya
3.      kurikulum sekolah
4.      sarana dan prasarana.
Untuk mengatasi masalah belajar, guru perlu mengadakan pendekatan pnbadi di samping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memungkinkan guru dapat lebih mengenal dan memahami siswa serta masalah belajar.
Karena keberhasilan belajar merupakan muara dan seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, maka setiap guru harus berupaya secara optimal memahami berbagai faktor yang dapat meriyebabkan terjadinya hambatan-hambatan di dalam proses belajar dan pembelajaran. Demikian pula berupaya secara terus menerus mengkaji dan mencoba berbagai bentuk pendekatan dan teknik-teknik inovatif guna mengatasi keadaan yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar tersebut.
Dalam memahami masalah belajar guru hendaknya memiliki pandangan bahwa munculnya masalah belajar bukan karena kelemahan guru semata-mata, akan tetapi menjadi salah satu pertanda bahwa kegiatan belajar merupakan aktivitas yang dinamis, sehingga masalah-masalah tersebut dapat muncul dan berbagai dimensi, baik dilihat dan sumber, waktu maupun peristiwa. Karena itu pemahaman tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul ketika proses belajar berlangsung yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan belajar.



BAB 8
EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting di dalam seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi secara benar, guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya, pada flap kali pertemuan, setiap catur wulan, setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu. Melalui evaluasi mi pula guru dapat mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran, kemampuan mengelola proses pembelajaran, kemampuan memotivasi siswa serta kemampuan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang benar dan tingkat kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat, prosedur, jenis-jenis serta prinsipprinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar untuk membangunkemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya evaluasi yang tepat adalah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu dan tidak terlepas dan kekhususan atau karakteristik serta tujuan pembelajaran. Ketidaktepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hanya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.
Evaluasi yang tepat dapat menjadi wahana untuk mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, menentukan tujuan pembelaj aran mana yang belurn dioptimalisasi pencapaiannya, merurnuskan rangking siswa, memberikan informasi kepada guru tentang ketepatan strategi pembelajaran yang digunakan dan untuk merencanakan prosedur perbaikan rencana pelajaran. Masih banyak manfaat-manfaat lainnya jika evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. Untuk mencapai ketepatan evaluasi tersebut, maka perlu diperhatikan syarat-syarat evaluasi, terutama berkaitan dengan validitas dan reliabilitas. Di samping dua syarat mendasar tersebut juga perlu diperhatikan syarat kepraktisan evaluasi tanpa mengabaikan kedua syarat utama sebelumnya.



BAB 9
MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING)

E-learning merupakan salah satu wujud nyata perubahan besar kalau tidak dikatakan revolusi di dalam kemajuan teknologi pendidikan. Dalam waktu yang panjang kita mengenal proses pembelajaran hanya melalui tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber belajar dan siswa berada pada tempat yang sama dan dalam waktu yang sama dengan pembatasan waktu dan tempat secara ketat. Ketika pericembangan selanjutnya guru dan siswa dapat belajar dengan bantuan media cetak, menyebabkan proses belajar dapat berlangsung meskipun siswa dan guru tidak berada pada tempat dan waktu secara bersamaan karena adanya bantuan modul-modul belajar. Kelemahannya tidak dapat terjadi interaksi apalagi dalam waktubersamaan. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadi teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas elektronik secara online. Dalam waktu yang sama atau berbeda seseorang dapat mengakses bahan-bahan belajar, tugas-tugas kapan saja yang ia inginkan. Melalui fasilitas tertentu secara online tersebut sumber belajar dan pembelajaran dapat saling berdialog, bertukar pikiran, memberikan pertanyaan, menyelesaikan tugas yang diberikan. Inovasi mi tidak sekedar memberi kemudahan mengakses informasi, akan tetapi telah merubah pola berpikir, kebiasaan atau sikap seseorang sehingga telah merubah paradigma. Paradigma pendidikan menjadi bergeser dan perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai mengikuti pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang selalu diperbaharui dalam waktu relatif singkat.
Melalui media komunikasi elektronik mi, di samping banyak nilai tambah, keunggulan atau kelebiha, mengharuskan pula kita untuk mengkaji berbagai faktor yang tidak dapat hadir bersamaan dengan komunikasi online tersebut, terutama berkenaan aspek-aspek pedagogis. Namun demikian beberapa pendapat mengungkapkan bahwa pembelajaran melalul komunikasi online tidak berarti meniadakan unsur-unsur pedagogis, karena di dalamnya juga dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan pada pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitasaktivitas kolaboratif, diskusi-diskusi langsung, pengembangan model- model permainan dan beberapa bentuk penekanan pembelajaran lainnya melalui online.



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan resume  ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis meyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing dalam menyelesaikan resume ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa resume ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan keritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk kesampurnaan resume berikutnya.


                                                                              Cirebon,  Maret 2017


                                                                                              Penulis



IDENTITAS BUKU

Judul buku      : Belajar Dan Pembelajaran
penulis             : prof. Dr. Aunurrohman, M.Pd
Penerbit           : ALFABETA BANDUNG
Tahun terbit     : Mei 2016